Arsip untuk September, 2009

Penyesalan, Harus Dikemas dalam Tindakan Nyata

Penyakit hati, jangan dibiarkan semakin jadi. Akan hancur semuanya perlahan-lahan. Ketika satu tanda peringatan kekacauan hati telah terjadi, maka segeralah dibenahi. Jangan ditunda lagi. Pikiran positif mutlak wajib diterjemahkan dengan tindakan positif.

Akhirnya

Kusadari akhirnya
Kerapuhan imanku
Telah membawa jiwa dan ragaku
Ke dalam dunia yang tak tentu arah

Kusadari akhirnya
Kau tiada duanya
Tempat memohon beraneka pinta
Tempat berlindung dari segala mara bahaya

Oh Tuhan, mohon ampun
Atas dosa dan dosa selama ini
Aku tak menjalankan perintah-Mu
Tak perdulikan nama-Mu
Tenggelam melupakan diri-Mu

Oh Tuhan mohon ampun
Atas dosa dan dosa
Sempatkanlah aku bertobat
Hidup di jalan-Mu
Tuk penuhi kewajibanku
Sebelum tutup usia
Kembali pada-Mu

-GIGI-

VALIDATION

Such a great short-movie!!! Smile everyone!!

Vodpod videos no longer available.

more about “VALIDATION“, posted with vodpod

Transportasi Nomor Satu Saya: SEPEDA!!

Wah, cinta banget saya sama sepeda. Murah, mudah, sehat, cepat.

Murah dari segi operation dan maintenance. Kalau rusak dan perlu beli part baru harganya sangat terjangkau. Terutama kalau targetnya sekedar bisa jalan dengan baik, sedikit lain cerita kalau sudah mempertimbangkan style dan kenyamanan lebih (misal dari segi keringanan part, dll). Murah juga dalam pemakaian. Selama bersepeda, tidak perlu keluar biaya bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan tentu adalah makanan dan minuman yang masuk ke badan. Sejauh ini, porsi makan-minum secukupnya terbukti sangat memadai untuk bersepeda, tidak ada yang berlebihan. Untuk parkir, sejak awal menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi utama (sekitar tiga tahun yang lalu), rasanya belum pernah saya bayar parkir. Ini berlaku untuk semua jenis tempat parkir, baik di mal, kantor, kampus, pasar, rumah makan, dll. Bahkan ketika berkunjung ke hotel ataupun tempat bilyar, sepeda yang dilipat bisa dititipkan saja di concierge atau resepsionis. Mungkin sepeda -sepeda sekarang terhitung mahal memang, tapi kalau serius dijadikan sarana transportasi silakan dibandingkan dengan sarana transportasi pribadi lainnya seperti mobil atau motor termasuk biaya perawatannya. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Saya sendiri kalau butuh bepergian dengan orang lain tentu menggunakan mobil karena sepeda tidak baik dipakai berdua.

Mudah dalam pemakaian dan juga perawatan tentunya. Mesinnya tidak perlu dipanaskan setiap hari, toh tidak ada mesinnya juga. Hampir semua sistem di dalam sepeda bekerja secara mekanis dan sederhana serta mudah dimengerti. Karena mudah dimengerti, maka mudah juga diperbaiki. Tidak ada yang sulit. Kalaupun Anda tidak bisa memperbaiki sendiri, bawa saja ke bengkelnya. Di kota besar bengkel sepeda tidak sulit dicari.

Sehat, jelas! Bersepeda membuat tekanan darah saya terjaga kondisi normalnya, menurunkan berat badan (walau sebenarnya saya justru perlu menaikkan), menjaga kadar gula darah stabil, mengencangkan otot-otot, meningkatkan fungsi kerja jantung dan paru-paru. Tapi dari pengalaman saya bersepeda di dua kota, Bandung dan Jakarta, bersepeda di daerah yang lebih berpolusi memang dapat membuat masalah dalam pernafasan. Untuk itu gunakan masker. Kadang polusi udara tersebut juga memaksa kita menggunakan kacamata, karena debu-debu yang masuk ke mata membuat pandangan sangat terganggu. Tapi kondisi tidak nyaman seperti ini biasanya hanya terjadi ketika lalu lintas sangat padat.

Cepat. Relatif memang. Tapi secara umum (terutama dengan kondisi lalu lintas seperti sekarang), bersepeda seringkali lebih cepat daripada berkendara lainnya. Karena dimensinya yang blebih kecil, sepeda dapat dengan lincah melaju di antara kemacetan kota. Andaikata tidak macet pun juga tidak terlalu lama. Rata-rata kecepatan bersepeda di jalan raya yang datar adalah sekitar 40 km/jam (hal ini saya bandingkan dengan speedometer mobil yang melaju sejajar dengan saya). Berikut adalah catatan waktu tempuh rata-rata saya dalam setiap perjalanan:
Bandung
Kosan (Cisitu Baru) – Kampus ITB: 5 menit.
Kosan (Cisitu Baru) – Stasiun Hall Bandung: 15-20 menit.
Kosan (Cisitu Baru) – Kosambi: 25-30 menit.
Kosan (Cisitu Baru) – UNPAD Jatinangor: 60 menit.
Jakarta
Rumah (Kalibata) – Stasiun Jatinegara: 15-20 menit.
Rumah (Kalibata) – Salemba: 25-30 menit.
Rumah (Kalibata) – Pondok Kelapa: 30-40 menit.
Rumah (Kalibata) – Kampus Trisakti Grogol: 40-50 menit.
Murah, mudah, sehat, cepat. Empat kenikmatan bersepeda yang saya sebutkan mungkin masih kurang menggambarkan kenikmatan yang sesungguhnya. Sebagai sarana transportasi bukan tidak mungkin sepeda digunakan ke mana saja. Silakan Anda googling sendiri. Tidak sedikit orang Jakarta yang bersepeda ke Bandung atau sebaliknya, ada juga yang bersepeda ke Bali. Pernah saya berjumpa dengan laki-laki 60 tahun yang baru bersepeda dari Sumatera ke Jawa. Saya sendiri ingin melakukan perjalanan Jakarta-Bandung/Bandung-Jakarta dengan sepeda namun belum ada waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya. Tapi setidaknya sampai hari ini saya sudah membiasakan diri untuk melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta atau sebaliknya dengan menggabungkan sepeda dan bis. Bersepeda dari asal (rumah/kosan) ke terminal, lipat sepeda lalu masukan ke bis, turun di kota tujuan, turun dan buka lipatan sepeda, bersepeda ke lokasi tujuan. Untuk Jakarta-Bandung/Bandung-Jakarta sepertinya bis merupakan opsi yang murah untuk digabungkan dengan sepeda. Karena tarif bis hanya Rp50.000,- (ada yang lebih murah dengan kenyamanan lebih rendah tentunya) dan tidak ada biaya tambahan jika sepeda bisa dilipat dan diletakkan di belakang kursi paling belakang (bukan di bagasi). Sementara jika naik kereta, membawa barang berukuran besar (termasuk ukuran sepeda lipat ban 26″) dikenakan biaya setara dengan satu tiket.
Pada awalnya mungkin niat untuk menjadikan sepeda sebagai transportasi individu utama memang berat, karena diperlukan selalu membawa perlengkapan yang menurut saya wajib dibawa seperti tool-kit, pompa, pakaian hujan, dan wewangian jika perjalanan cukup jauh. Namun seiring waktu yang terus berjalan maka kita akan terbiasa, dan teknologi yang ada semakin memanjakan kita. Contoh: pompa sepeda yang dulu berukuran besar dan berat sekarang sudah sangat ringkas dan bahkan tersedia satu paket dengan sepeda itu sendiri (contoh: Biologic Zorin Postpump dari Dahon yang terintegrasi dengan batang sadel). Ah, tak akan habis bicara tentang sepeda. Coba saja.

– Rumah, Jakarta –

Sedikit Cerita Tentang Gambar Tajuk

Foto itu dicrop dari foto karya Barry C. Bishop di situs nationalgeographic.com ,  di bawahnya ada catatan:

Members of the 1963 American expedition wait for their turn to cross an Everest crevasse. One team member died trying to reach the summit, and the photographer of this picture lost toes and fingers to frostbite.

Cerita singkat usaha manusia dalam menjelajahi alamnya dan melewati paradigma batas kemampuannya. Itu tahun 1963, 10 tahun setelah Everest untuk pertama kalinya ditaklukkan oleh Tenzing Norgay dan Edmund Hillary pada 29 Mei 1953. Ditarik semakin mundur ke belakang berarti 39 tahun setelah usaha pendakian oleh tim yang dipimpin Andrew Irvine dan George H. Mallory gagal. Gagalnya tim yang terakhir disebut ini belum tentu mereka gagal mencapai puncak. Dikatakan belum tentu karena tidak ada bukti otentik apakah mereka berhasil mencapai puncak atau tidak, tidak ada bukti foto atau saksi yang mendukung karena pendakian itu berakhir dengan duka. George H. Mallory dan Andrew Irvine meninggal dunia di dekat puncak dunia. Jenazah Mallory dikaabarkan diketemukan pada 1998 dalam keadaan lengkap dan beku, sayang kameranya tidak ditemukan.

Everest hari ini: ramai di setiap masa pendakian. Semakin lama semakin banyak orang berhasil mendaki Everest. Tapi bukan berarti jadi mudah. Pada 1996 pernah terjadi kecelakaan tragis yang menewaskan 8 orang, kecelakaan ini kemudian dinovelkan oleh salah satu personil tim yang selamat, Jon Krakauer (juga penulis novel non-fiksi ‘Into The Wild’), dengan judul ‘Into Thin Air’.

Usaha manusia dalam menaklukan Everest memakan waktu yang lebih lama daripada mencapai bulan. Tapi pada akhirnya kita manusia dapat berdiri di sana. Tak ada yang tak mungkin Kawan.

– Kosan, Bandung –

The Secret Energy in Earth

Vodpod videos no longer available.

more about “The Secret Energy in Earth“, posted with vodpod

Nice isn’t it?

How do you feel now?

It designed to give you positive energy. I can feel it.

Beside that, I feel nature’s greet me there. There’s an abundance of beauty out there, but now most of them are in danger. Are we gonna let it go? Just sit there, facing the screen? Or you’ll jump from your seat, see it by your own eyes, protect it with your own hands, love it with your own heart. If the video can give you the positive energy only by the view and the music, think about what can the warmth, sound, nuance, or anything else that nature can give to you.

Think about it, let’s do it.

– Kosan, Bandung –

Kerusakan Ruang Kuliah Lantai 4 BSC-A Akibat Gempa

Kemarin baru masuk kuliah di ruang ini. Enam hari paska gempa 7,3 SR. Waktu masuk kelas sebenarnya tidak menyadari kondisi atap yang lain dari biasanya ini dan baru terpana setelah diberitahu teman. Alhamdulillah, inilah kerusakan terparah yang ada di sekitar saya.

Turut berduka untuk yang kurang beruntung. Tetap semangat, apapun bentuknya setiap peristiwa yang terjadi pada kita adalah yang terbaik dari Allah S.W.T.

– Kosan, Bandung –

“Passport Blue”, Recomended Comic!!

Ini sinopsis dari Gramedia:

Massugu Magami, siswa kelas 3 SD yang suka bikin ribut di down town Tokyo, tempat tinggalnya. Setelah tahu ayahnya pembuat spare part H-II, roket Jepang, Massugu memaksa ikut ke Tanegashima untuk lihat lepas landas roket. Sepulang dari Tanegashima, Massugu berniat jadi antariksawan! Dengan kemampuannya, berhasilkah Massugu menjadi antariksawan…?

Komik ini benar-benar saya rekomendasikan untuk dibaca. Karena komik ini berhasil bikin saya seharian berada di Zoe Corner, dan bahkan balik lagi besok-besoknya. Komik ini ada 12 seri. Yang menarik dari komik ini adalah cerita perjuangan si anak nakal tadi. Awalnya dia benar-benar cuma seorang anak nakal dengan energi berlebihan, tapi kemudian kita dia punya target hidup yang spesifik dia benar-benar mencurahkan seluruh energinya untuk cita-citanya itu. Mantap!!

Dari 12 seri komik itu mungkin beberapa seri bikin kita rada jenuh, seakan-akan sedang menceritakan sesuatu yang tidak penting dan tidak ada hubungannya dengan keseluruhan cerita. Tapi baca yang benar, karena rangkaian dari setiap adegan dalam komik ini sulit ditebak kelanjutannya. Adegan yang awalnya saya pikir hanya bumbu tidak penting ternyata justru itu yang sangat signifikan pengaruhnya dalam adegan-adegan berikutnya.

Faktor utama yang membuat saya merekomendasikan komik ini adalah: komik ini merangsang kita untuk ikut bangkit dan maju terus. Totalitas perjuangan Massugu Magami dan teman-temannya semua benar-benar bikin kita malu kalau kita ga ikutan maju.

Coba baca komik ini.

Dapet dari situs gramedia.
Dapet dari situs gramedia.

– Kosan, Bandung –

UPT Perpustakaan

Akhirnya hari ini kembalilah saya ke perpustakaan.  Lama sudah tak bersua dengan Ibu Sri yang terkenal itu. Tapi sebelum langsung ke perpustakaan, ingin rasanya melihat-lihat fitur-fitur baru di perpustakaan ini. Sebenarnya terakhir ke sini sekitar beberapa bulan yang lalu sih, tapi waktu itu perpustakaan ini terasa begitu sepi dibanding hari ini. Mungkin karena hari ini masih minggu-minggu awal perkuliahan dan banyak mahasiswa tahun pertama yang belajar di perpustakaan.

Minggu kemarin sempat tarawih di Masjid Salman, kebetulan penceramahnya malam itu Gubernur Jawa Barat yaitu Ahmad Heryawan, Lc. Beliau bilang, kota-kota besar di luar negeri itu hampir dipastikan memiliki perpustakaan kota yang terkenal. Jika kita sampai di kota tersebut dan bertanya pada penduduk setempat dimana letak perpustakaan kota, semua penduduk tau jawabannya. Tapi saat ini di Bandung, ketika kita ditanya dimana perpustakaan di Kota Bandung yang terkenal kita tidak tahu harus menjawab apa. Kemudian setelah gubernur berkata demikian, teman di sebelah bilang perpustakaan kampus kita harusnya jawabannya. Karena perpustakaan kita saat ini sudah bagus lho. Karena penasaran pula, saya semakin tertarik menjelajahi perpustakaan tersebut.

Baik, mari kita lihat fisik gedung perpustakaan ini.

Dilihat-lihat ternyata tembok keramiknya masih relatif cukup lengkap. Sempat terpikir sebelumnya mungkin saja  keramik itu sudah rontok karena gempa kemarin. Kemudian terpikir, mungkin sebaiknya keramik-keramik itu rontok saja agar diganti yang baru atau sekalian dipugar. Terus terang gudang ilmu yang satu ini terlihat cukup menyedihkan.

Tapi ternyata fitur di dalamnya memang menarik. Ilustrasi yang cocok untuk menggambarkan seberapa menariknya mungkin adalah kata-kata dari salah seorang pengunjung perpustakaan, “Sekarang gue bingung kalo ke perpustakaan tu mau ke Sampoerna, Amerika, apa Indonesia!”. Tempat-tempat yang dimaksud itu adalah spot-spot khusus yang berbeda dengan wilayah lainnya di perpustakaan tersebut.

Sampoerna Corner, ini adalah salah satu sudut ternyaman di perpustakaan dan merupakan corner pertama yang didirikan di perpustakaan. Masuk ke wilayah Sampoerna Corner kita harus melepas alas kaki. Fasilitas di dalamnya lengkap, melebihi gambaran awal saya mengenai fasilitas perpustakaan. Komputer dengan akses internet tentu sudah wajar, yang menarik adalah adanya sofa-sofa yang nyaman dan fasilitas tv wide screen lengkap dengan koleksi VCD “Maestro” dan “Permata Bangsaku”. Tidak ada peraturan yang kaku di perpustakaan ini. Anda boleh ribut, boleh nonton tv, boleh tidur di sofa, boleh akses internet sampai mata sepet, dll. Kecuali meminjam buku-buku seru yang ada di dalam corner tersebut, buku-buku itu hanya untuk dibaca di tempat.Corner ini merupakan corner ternyaman, karena itu corner ini paling ramai.

Corner berikutnya adalah American Corner, sesuai dengan namanya corner ini bergaya sangat Amerika. Peta besar Amerika Serikat dipajang di tembok sebelah kanan ruangan. Buku-buku koleksinya juga buku-buku import yang berasal dari Amerika dan juga termasuk majalah-majalah Amerika seperti The New Yorker, People, Rolling Stones USA, dll. Fasilitas komputer dan akses internet juga tersedia di sini, yang menarik adalah komputer yang digunakan merupakan komputer produksi Apple yang layarnya berukuran sangat besar. Keseluruhan isi dari corner ini sangat wajar bernafaskan Amerika, karena memang corner ini merupakan sumbangan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Corner terakhir merupakan corner yang paling menarik bagi saya pribadi. Corner ini merupakan corner yang paling akhir dibangun, sebelumnya belum pernah saya mengunjungi corner ini. Corner ini dinamakan Nation Building Corner. Aneh juga sebenarnya, corner ini berisi buku-buku yang mengobarkan semangat nasionalisme, interiornya pun terdiri dari sejarah Sumpah Pemuda, foto Bung Karno, dll. Tapi mengapa namanya dalam bahasa asing?

Dua fitur terakhir yang akan saya paparkan adalah lantai basement perpustakaan dan mushala yang juga terletak di lantai basement. Untuk menuju lantai basement ini kita tidak perlu menitipkan tas. Karena tidak perlu repot, lantai ini juga merupakan lantai favorit untuk kegiatan belajar bersama. Mushala yang berada di lantai ini awalnya merupakan tempat yang ingin saya hindari karena dalam bayangan saya mushala tersebut masih merupakan mushala terjorok di kampus. Dengan lantai tempat wudhu yang selalu tergenang air, pasir dan rambut yang mengambang di air tersebut, karpet yang lembab dan bau. Berat sekali rasanya untuk ibadah di mushala tersebut. Sudah jorok, rawan maling pula. Tapi ternyata saat ini tidak lagi demikian, mushala telah dipindahkan ke area yang lebih luas. Dibatasi langsung dengan jendela luar mengakibatkan area mushala mendapat penerangan yang cukup terang.

Kesimpulannya, ternyata perpustakaan ini telah berkembang jauh lebih baik dari masa lalunya. Salut untuk UPT Perpustakaan. Semoga semakin lama perpustakaan semakin nyaman. Sekali-sekali datanglah ke perpustakaan kampus, teman yang sudah jarang bertemu biasanya bisa ditemukan di sini.

– Kosan, Bandung –

Ini Dia Pembukanya

Hari ini, saya membuat sebuah alamat blog lagi. Benar, ini bukan blog perdana saya. Selama ini memang sudah sering sekali saya membuat blog namun kemudian blog itu terlantar dan tidak lagi pernah diperbarui sampai akhirnya saya putuskan untuk menutupnya saja. Terakhir ini terjadi ketika saya membutuhkan media untuk berkampanye dan itu sudah lebih dari 1,5 tahun yang lalu.

Sudah lama saya tidak menulis. Pengalaman menulis sebelum-sebelumnya selalu menjadi kenangan manis dan menggugah saya untuk kembali menulis. Bapak saya bilang, saya punya bakat dalam menulis. Saya juga pernah bergabung ke dalam unit Pers Mahasiswa di kampus saya dan menulis artikel beberapa kali untuk unit itu maupun di media mahasiswa lainnya.
Sekarang hari-hari saya di kampus sudah dalam tahap akhir, kuliah sudah sangat sedikit sekali. Dalam seminggu hanya digunakan dua hari untuk berkuliah, itupun hanya 2 jam dan 4 jam saja. Selain menulis untuk Tugas Akhir dan Laporan Kerja Praktik, saya sebenarnya masih memiliki kegiatan lainnya yaitu melaksanakan amanah menjadi anggota legislatif di himpunan mahasiswa. Namun, selebihnya, saya terlalu banyak menganggur.

Keberadaan fasilitas internet di kampus dan di kosan memang sangat membantu untuk mengisi waktu luang. Masalahnya kegiatan berinternet ini kegiatan utama atau kegiatan penunjang? Ketika tidak ada kegiatan lain yang menjadi kegiatan utama maka berinternetlah yang menjadi kegiatan utama dan mendominasi hari-hari. Selanjutnya ketika kejenuhan melanda, tujuan-tujuan hidup terus tertunda bahkan hingga terlupa, internet menyeret saya dalam suatu kondisi yang sangat menyedihkan. Sebagian besar waktu dihabiskan di depan layar laptop. Badan jadi terasa lemas, kehidupan sosial berpindah ke situs jaringan sosial dengan kualitas yang tidak akan sebaik sosial riil, hubungan dengan teman, pacar, dan keluarga menjadi kurang mesra, jiwa jadi hampa karena setiap hari menjadi sama, ah bosan.

Bukan untuk itu saya diciptakan.

Karena itulah saya buat blog ini. Saya ingin kembali produktif! Hari-hari saya seharusnya diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Jiwa, otak, dan hati ini perlu dipenuhi kebutuhannya.

Saya selalu terinspirasi dengan kalimat yang kondang di himpunan mahasiswa tetangga:

“Bangun kawan, kita orang kuat. Berpikir kawan, kita orang cerdas”

– Kosan, Bandung –