Manfaat Ilmuku

Kemarin aku berkeliling Kecamatan Sukasari untuk keperluan Tugas Akhir-ku. Salah satu tujuanku berkeliling adalah mendata keadaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di sana. Satu di antara beberapa TPS yang kudatangi itu adalah TPS Sarimadu yang terletak di dekat Jl. Sarimadu Barat.
TPS ini cukup besar, selain menerima sampah dari enam gerobak ia juga menerima sampah dari dua truk pengangkut besar dan juga satu pick-up sampah dari Pesantren Daarut Tauhid asuhan A’a Gym. Mungkin pembaca sudah dapat mengira-ngira berapa banyaknya sampah yang masuk ke TPS Sarimadu ini. Karena banyaknya sampah di TPS tersebut, kontainer sampah yang diangkut oleh Truk Arm Roll tidak cukup disediakan satu unit. Perlu minimal dua unit kontainer dalam satu harinya, kadang tiga dan mungkin masih bisa lebih.
Dengan sampah yang sebanyak itu tentu dampaknya terhadap sekitar juga banyak. Salah satu yang menjadi perhatianku adalah genangan lindi (air sampah) yang bertebaran di mana-mana karena kondisi lantai TPS yang tidak rata dan banyak bercekungan. Lazimnya dalam TPS yang besar seperti TPS Sarimadu ini memiliki saluran lindi yang baik, minimal adanya kemiringan lantai yang mengarahkan lindi mengalir ke satu lubang floor drain. Namun kenyataannya genangan lindi sangat banyak ditemukan di sana.
Satu peristiwa yang mengagetkanku ketika aku sedang mewawancarai salah seorang petugas TPS adalah ibu-ibu yang lewat di depanku menginjakkan kakinya di genangan lindi dengan santainya. Aku pikir ia tidak sengaja menginjakkan kakinya di sana. Namun kemudian kakinya yang terendam sedalam mata kaki di lindi itu malah ia cuci dengan lindi di genangan yang sama. Apakah ia memang berniat mencuci kakinya di sana? Bukankah ini masih di area kota? Aku tahu betul di sini tersedia fasilitas air bersih. Jika benar ibu itu sengaja mencuci kaki di sana, apa sebabnya?
Suatu peristiwa yang mau-tidak-mau membuka mata hatiku. Aku punya pengetahuan tentang buruknya kandungan lindi itu, karena itu aku tak akan mau mencuci bagian tubuhku di sana. Tapi apa ibu itu tahu soal itu?
Pada akhirnya sampai aku duduk di depan layarku ini dan menuliskan artikel ini, aku masih merasa gelisah. Mengapa tidak aku beritahu sedikit pengetahuanku pada ibu itu tadi? Apa gunanya pengetahuanku ini kusimpan sendiri?
Lebih jauh lagi aku berpikir, aku telah dibekali dengan ilmu-ilmu yang bisa aku pakai untuk merekayasa lingkungan, kapan aku pakai itu? Jika kemudian aku berkarya, bermanfaat bagi siapa karyaku itu?
Ilmuku ini adalah pilihan jalan hidupku, amanahku. Aku tahu hari kemarin aku belum menunaikan amanah itu, aku berjanji akan memperbaiki itu. Akupun tahu, aku bukan yang terpandai ataupun yang paling pekerja keras di kalanganku. Tapi satu hal yang selalu ingin aku jaga dalam batinku dan selalu aku perjuangkan: manfaat ilmuku.

Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. – Nelson Mandela

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata. – W.S. Rendra

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar